Teks -- Hakim-hakim 2:16 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Hak 2:16
Full Life: Hak 2:16 - TUHAN MEMBANGKITKAN HAKIM-HAKIM.
Nas : Hak 2:16
Para hakim bertindak sebagai pemimpin militer dan pemimpin suku
ketika Israel sedang mengalami kemerosotan rohani, sosial, dan moral...
Nas : Hak 2:16
Para hakim bertindak sebagai pemimpin militer dan pemimpin suku ketika Israel sedang mengalami kemerosotan rohani, sosial, dan moral. Allah mengangkat mereka untuk membebaskan umat-Nya dari musuh-musuh setelah mereka bertobat dan berbalik kepada Allah. Para hakim memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol serta mencapai kemenangan-kemenangan besar dengan bantuan dan kuasa Allah (ayat Hak 2:18; 6:11-16; 13:24-25; Hak 14:6).
Jerusalem: Hak 2:6--3:6 - -- Bagian ini merupakan kata pendahuluan kedua bagi kitab Hakim, yaitu bagi kumpulan riwayat-riwayat hakim masing-masing. Kata pendahuluan ini terdiri at...
Bagian ini merupakan kata pendahuluan kedua bagi kitab Hakim, yaitu bagi kumpulan riwayat-riwayat hakim masing-masing. Kata pendahuluan ini terdiri atas beberapa unsur. Bagian inti ialah Hak 2:11-19; dalam terbitan kitab yang pertama bagian ini kiranya langsung mendahului Hak 3:7 dst. Hak 2:6-10 kemudian ditambahkan dan langsung menghubungkan kitab Hakim dengan kitab Yosua; memang Hak 2:6-10 mengulangi ayat-ayat penghabisan kitab Yos (24:28-31), sama seperti Ezr 1:1-3 mengulangi 2Ta 36:22-23, Hak 2:20-3:6 ditambah pada Hak 2:11-19 dengan maksud menjelaskan mengapa tetap ada bangsa-bangsa asing di tengah-tengah bangsa Israel.
Jerusalem: Hak 2:11-19 - -- Bagian ini berasal dari tangan penyusun pertama kitab Hakim yang berhaluan tradisi Ulangan. Di dalamnya dibentangkan sebuah pikiran yang terulang pada...
Bagian ini berasal dari tangan penyusun pertama kitab Hakim yang berhaluan tradisi Ulangan. Di dalamnya dibentangkan sebuah pikiran yang terulang pada riwayat masing-masing Hakim, bdk Hak 3:7-9,12-15; 4:1 dst Hak 6:1 dst; Hak 10:6 dst, dll. Pikiran itu adalah sbb: Israel tidak setia pada Tuhan dan beribadat kepada Baal; lalu Tuhan membiarkan Israel ditindas musuhnya; maka Israel berseru kepada Tuhan dan Tuhan mengutus kepada Israel seorang penyelamat (Hakim); kemudian hal-hal yang sama terulang. Pandangan teologis terhadap sejarah semacam itu mengandaikan bahwa para Hakim secara teratur susul-menyusul tampil dan bahwa masing-masing Hakim bertindak sebagai penyelamat seluruh Israel, Dan memang begitulah kitab Hakim menggambarkan sejarahnya. Tetapi gambar itu hanya sedikit saja sesuai dengan sejarah yang sebenarnya. Kitab Hakim disusun berdasarkan sejumlah ceritera tersendiri mengenai pahlawan-pahlawan setempat yang tampil di daerah tertentu saja. Aslinya ceritera-ceritera itu tidak berhubung-hubungan. Urutan kegiatan masing-masing Hakim dalam waktu dibuat-buat saja oleh penyusun kitab Hakim.
Jerusalem: Hak 2:16 - hakim-hakim Apa seorang "hakim", "Hakim Besar" dan "Hakim Kecil", tugas, peranan ciri-ciri dan urutan mereka dalam waktu, lih Pengantar.
Apa seorang "hakim", "Hakim Besar" dan "Hakim Kecil", tugas, peranan ciri-ciri dan urutan mereka dalam waktu, lih Pengantar.
Ende -> Hak 2:6--3:6; Hak 2:16
Ende: Hak 2:6--3:6 - -- Pendahuluan jang kedua ini memberi keterangan, mengapa sedjarah Israil pada
djaman para Hakim demikian malangnja. Israil tak setia pada Jahwe, maka ia...
Pendahuluan jang kedua ini memberi keterangan, mengapa sedjarah Israil pada djaman para Hakim demikian malangnja. Israil tak setia pada Jahwe, maka ia mesti dihukum. Karena pertobatannja lalu tidak sungguh2, maka jang sama terus diulang sadja, meskipun Jahwe tempo2 menolong dan menjelamatkan.
Ende: Hak 2:16 - mengendaki (dan djuga: berdjinah) merupakan istilah untuk: memudja dewa2
kafir. Dengan djalan ini Israil (isteri) berdjinah terhadap Jahwe (suaminja).
(dan djuga: berdjinah) merupakan istilah untuk: memudja dewa2 kafir. Dengan djalan ini Israil (isteri) berdjinah terhadap Jahwe (suaminja).
Ref. Silang FULL -> Hak 2:16
Ref. Silang FULL: Hak 2:16 - membangkitkan hakim-hakim // yang menyelamatkan · membangkitkan hakim-hakim: Rut 1:1; 1Sam 4:18; 7:6,15; 2Sam 7:11; 1Taw 17:10; Kis 13:20
· yang menyelamatkan: 1Sam 11:3; Mazm 106:43
· membangkitkan hakim-hakim: Rut 1:1; 1Sam 4:18; 7:6,15; 2Sam 7:11; 1Taw 17:10; Kis 13:20
· yang menyelamatkan: 1Sam 11:3; Mazm 106:43
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 2:6-23
Matthew Henry: Hak 2:6-23 - Penyembahan Berhala oleh Bangsa Israel Penyembahan Berhala oleh Bangsa Israel (2:6-23)
Bagian awal dari perikop ini hanyalah pengulangan dari kisah yang telah kita dapati sebelumnya tent...
Penyembahan Berhala oleh Bangsa Israel (2:6-23)
- Bagian awal dari perikop ini hanyalah pengulangan dari kisah yang telah kita dapati sebelumnya tentang sikap bangsa Israel yang baik selama pemerintahan Yosua, dan tentang kematian serta penguburannya (Yos. 24:29-30). Kisah itu diselipkan lagi di sini hanya sebagai pendahuluan untuk kisah berikutnya, yang disajikan dalam pasal ini, tentang kemerosotan dan kemurtadan mereka. Sang Malaikat telah menubuatkan bahwa orang Kanaan dan berhala-berhala mereka akan menjadi jerat bagi Israel. Sekarang penulis kitab ini hendak menunjukkan bahwa memang demikianlah adanya, dan, supaya hal ini tampak lebih jelas, ia menengok ke belakang sebentar, dan memberi perhatian,
- 1. Tentang berdiamnya bangsa Israel dengan bahagia di negeri Kanaan. Yosua, setelah membagi-bagikan tanah ini di antara mereka, melepas mereka pergi untuk menduduki negeri itu dengan tenang dan nyaman (ay. 6): Ia melepas mereka pergi, bukan hanya setiap suku, melainkan juga masing-masing orang Israel ke milik pusakanya, tentu saja dengan memberi mereka berkatnya.
- 2. Tentang ketekunan mereka di dalam iman dan rasa takut akan nama Allah yang kudus selama Yosua hidup (ay. 7). Sama seperti mereka pergi ke milik pusaka masing-masing dengan tekad yang baik untuk berpaut kepada Allah, demikian pula mereka tetap bertekun selama beberapa waktu dalam tekad yang baik ini, sepanjang mereka memiliki pemimpin-pemimpin yang baik yang memberi mereka teladan yang baik, ajaran-ajaran yang baik, dan menegur serta menahan kebobrokan-kebobrokan yang merangkak masuk ke tengah-tengah mereka. Dan sepanjang masih segar dalam ingatan mereka perkara-perkara besar yang telah diperbuat Allah bagi mereka ketika Ia membawa mereka masuk ke dalam Kanaan. Orang-orang yang telah menyaksikan keajaiban-keajaiban ini berpikiran begitu waras hingga mereka mempercayai mata mereka sendiri, dan begitu berakal budi hingga mereka melayani Allah yang telah menampakkan diri dengan begitu mulia bagi mereka. Namun angkatan berikutnya, oleh karena tidak melihat, maka tidak percaya.
- 3. Tentang kematian dan penguburan Yosua, yang memberikan hantaman yang mematikan bagi pengaruh-pengaruh agama di kalangan umat (ay. 8-9). Namun, betapa mereka sadar akan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Yosua, sehingga mereka memberinya penghormatan pada waktu kematiannya, dan menguburkannya di Timnat-Heres. Demikianlah tempat itu disebut di sini, bukan Timnat-Serah seperti dalam Kitab Yosua. Heres berarti matahari, yang lambangnya, menurut sebagian penafsir, didirikan pada makamnya, dan tempat itu dinamai demikian untuk mengenang berhentinya matahari atas perintahnya. Demikianlah yang dikatakan oleh sejumlah penulis Yahudi. Tetapi saya sangat mempertanyakan apakah gambar matahari diperbolehkan untuk menghormati Yosua pada waktu itu, sebab mengingat kecenderungan orang secara umum untuk menyembah matahari, ada bahaya hal tersebut akan diselewengkan untuk menjatuhkan kehormatan Allah.
- 4. Tentang bangkitnya angkatan baru (ay. 10). Seluruh angkatan yang lama dalam waktu beberapa tahun telah menjadi habis, semua ajaran dan teladan baik mereka telah mati dan terkubur bersama mereka. Lalu bangkitlah angkatan lain dari bangsa Israel yang tidak begitu paham tentang agama, dan tidak begitu peduli terhadapnya, sehingga kendati dengan semua keuntungan dari pengajaran yang telah mereka peroleh, ada benarnya orang berkata bahwa mereka tidaklah mengenal Allah. Mereka tidak mengenal-Nya dengan benar, tidak mengenal-Nya sebagaimana Ia telah menyatakan diri-Nya, sebab jika tidak demikian, mereka tidak akan meninggalkan Dia. Mereka begitu sepenuhnya mengabdi kepada dunia, begitu sibuk dengan urusan dunia, atau begitu memanjakan daging dengan kesenangan dan kemewahan, sehingga mereka tidak pernah memikirkan Allah yang benar dan agama-Nya yang kudus. Dan mereka begitu mudah menyimpang kepada allah-allah palsu dan takhayul-takhayulnya yang menjijikkan.
- Demikianlah penulis kitab ini hendak memberi kita suatu gambaran umum tentang serangkaian peristiwa yang terjadi di Israel selama masa pemerintahan para hakim, peristiwa yang sama diulangi dalam urutan yang sama.
- I. Bangsa Israel meninggalkan Allah Israel, dan memberikan kepada allah-allah sampah dari bangsa Kanaan, penyembahan dan penghormatan yang layak diberikan kepada Allah saja. Tertegunlah atas hal itu, hai langit, dan tercenganglah hai bumi! Pernahkah suatu bangsa, suatu bangsa yang seperti itu, yang telah dipelihara dengan begitu baik, yang telah diajar dengan begitu baik, menukarkan allahnya, Allah yang seperti itu, Allah yang kuasa-Nya tak terbatas, yang kemurnian-Nya tak ternodai, yang kebaikan-Nya tak pernah habis, dan yang sangat cemburu terhadap saingan? Mereka menukarkan Allah yang demikian dengan kayu dan batu yang tidak dapat melakukan kebaikan ataupun kejahatan (Yer. 2:11-12). Tidak pernah ada contoh kebodohan, sikap tidak tahu terima kasih, dan kedurhakaan yang demikian. Amatilah bagaimana hal itu digambarkan di sini (ay. 11-13). Secara umum, mereka melakukan apa yang jahat, tidak ada yang lebih jahat daripada hal itu, yaitu lebih menyulut murka Allah, atau lebih merugikan diri mereka sendiri, dan itu dilakukan di mata TUHAN. Semua kejahatan ada di hadapan-Nya, tetapi Ia memberi perhatian khusus pada dosa menyembah allah lain. Secara khusus,
- 1. Mereka meninggalkan TUHAN (ay. 12, dan lagi ay. 13). Ini adalah salah satu dari dua kejahatan besar yang menjadi kesalahan mereka (Yer. 2:13). Mereka telah bergabung dengan Tuhan dalam perjanjian, namun sekarang mereka meninggalkan Dia, seperti seorang istri tidak setia terhadap suaminya. ”Mereka meninggalkan ibadah kepada TUHAN,” demikian dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram. Sebab orang-orang yang meninggalkan ibadah kepada Allah pada dasarnya meninggalkan Allah sendiri. Hal ini lebih diperparah sebab Ia adalah Allah nenek moyang mereka, jadi mereka lahir di rumah-Nya, dan karena itu wajib melayani-Nya. Dan sebab Ia telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, Ia telah membuka ikatan-ikatan mereka, dan karena itu mereka juga wajib melayani-Nya.
- 2. Ketika mereka meninggalkan satu-satunya Allah yang benar, mereka bukannya menjadi orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, mereka juga bukan orang-orang bodoh yang berkata, tidak ada Allah. Sebaliknya, mereka mengikuti allah-allah lain. Masih tersisa begitu banyak kodrat yang murni dalam diri mereka hingga mereka mengakui adanya Allah, namun tampak begitu banyak kodrat yang bobrok dalam diri mereka hingga mereka memperbanyak allah, dan mau menerima allah mana saja, dan mengikuti tata cara ibadah secara lahiriah, bukan kuasanya secara batiniah. Israel mendapat kehormatan untuk menjadi umat kesayangan, dan ditinggikan di atas semua bangsa lain, namun mereka begitu mendustakan hak-hak istimewa mereka sendiri sehingga mereka senang dengan para allah dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka. Baal and Asytoret, para dewa dan para dewi. Mereka beribadah kepada matahari dan bulan, Yupiter dan Yuno. Baalim berarti tuhan-tuhan, dan Asytoret berarti ilah-ilah yang terberkati, keduanya dalam bentuk jamak, sebab ketika mereka meninggalkan Yahweh, yang adalah satu, maka sebagai gantinya mereka memiliki banyak allah dan banyak tuhan, sebanyak yang ingin dibayangkan oleh daya khayal yang macam-macam. Apa saja yang mereka terima sebagai allah mereka, mereka melayaninya dan sujud menyembah kepadanya, memberikan penghormatan kepadanya dan memohon perkenanan darinya.
- II. Allah Israel dengan ini tersulut murka, dan menyerahkan mereka ke dalam tangan para musuh mereka (ay. 14-15). Ia murka terhadap mereka, sebab Ia adalah Allah yang cemburu dan menjaga kehormatan nama-Nya sendiri. Cara yang dipakai-Nya untuk menghukum mereka atas kemurtadan mereka adalah dengan menjadikan para penyiksa mereka, yang kepadanya mereka menyerahkan diri, sebagai penggoda mereka. Mereka telah menjadikan diri mereka hina dan sengsara dengan meninggalkan Allah, seperti halnya mereka akan menjadi besar dan bahagia seandainya mereka tetap setia kepada-Nya.
- 1. Timbangan kemenangan berbalik dan tidak lagi memberati mereka. Sesudah meninggalkan Allah, setiap kali mereka menghunus pedang di tangan, mereka pasti terpukul kalah sama seperti sebelumnya mereka pasti menang. Sebelumnya, para musuh mereka tidak dapat bertahan menghadapi mereka, dan ke mana saja mereka pergi, tangan Tuhan berperang bagi mereka. Ketika mereka menjadi dingin dalam kehidupan agama mereka, Allah menangguhkan perkenanan-Nya, menghentikan kelanjutan dari keberhasilan-keberhasilan mereka, dan tidak mau menghalau musuh-musuh mereka lagi (ay. 3), hanya membiarkan mereka tetap bertahan saja. Tetapi sekarang, setelah mereka benar-benar membelot kepada penyembahan berhala, perang itu berbalik langsung melawan mereka, dan mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka. Allah lebih suka memberikan keberhasilan kepada orang-orang yang tidak pernah mengenal atau mengakui-Nya daripada kepada orang-orang yang telah mengalami keduanya, tetapi sekarang meninggalkan Dia. Ke mana saja mereka pergi, mereka dapat merasakan bahwa Allah sendiri telah berubah menjadi musuh mereka, dan berperang melawan mereka (Yes. 63:10).
- 2. Keseimbangan kekuatan tentu saja kemudian hilang dari mereka. Siapa saja yang mau, dapat menjarah mereka, siapa saja yang mau, dapat menindas mereka. Allah telah menjual mereka ke tangan para musuh mereka. Tidak saja Ia menyerahkan mereka tanpa paksaan, seperti yang kita lakukan terhadap barang yang telah kita jual, tetapi juga Ia melakukannya dengan suatu pertimbangan yang berharga, yaitu supaya Ia dapat menerima kehormatan sebagai Allah yang cemburu, yang tidak akan menyayangkan bahkan umat kesayangan-Nya sendiri apabila mereka sudah menyulut murka-Nya. Ia menjual mereka seperti orang-orang yang tidak sanggup membayar hutang (Mat. 18:25). Penderitaan-penderitaan mereka dijadikan semacam sesuatu yang memperbaiki kemuliaan-Nya, sebab kemuliaan-Nya itu telah dicederai oleh kemurtadan mereka. Amatilah bagaimana hukuman mereka,
- (1) Sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka mengikuti para allah dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka, bahkan yang paling hina sekalipun, sehingga Allah kemudian membuat mereka melayani para raja dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka, bahkan yang paling hina sekalipun. Orang yang berkumpul dengan semua orang bodoh sudah sewajarnya dijadikan bahan permainan seperti orang bodoh oleh semua kumpulan.
- (2) Sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah. Tangan sorga berbalik melawan mereka seperti itu, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh TUHAN dengan sumpah (ay. 15), yang merujuk kepada kutuk dan kematian yang telah diperhadapkan kepada mereka di dalam perjanjian, bersama-sama dengan berkat dan kehidupan. Orang-orang yang telah mendapati Allah setia kepada janji-janji-Nya dapat melihat dari sini bahwa Ia juga akan setia kepada ancaman-ancaman-Nya.
- III. Allah sumber belas kasih yang tak terbatas berbelas kasihan kepada umat-Nya dalam kesusahan mereka, meskipun mereka telah menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam kesusahan itu oleh dosa dan kebodohan mereka sendiri, dan mengadakan pembebasan bagi mereka. Walaupun kesusahan yang mereka alami adalah hukuman bagi dosa mereka dan penggenapan dari firman Allah, namun seiring berjalannya waktu mereka diselamatkan dari kesusahan itu (ay. 16-18). Di sini amatilah,
- 1. Apa yang mendorong pembebasan mereka. Pembebasan itu semata-mata timbul dari rasa iba dan belas kasihan Allah yang lembut. Alasannya bersumber dari dalam diri-Nya sendiri. Tidak dikatakan, mereka menyesal karena pelanggaran-pelanggaran mereka sebab tampak dari ayat 17, bahwa banyak dari mereka tetap tidak berubah, melainkan, TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka. Walaupun bukan beban dosa, melainkan terlebih beban penderitaanlah yang menyebabkan mereka dikatakan mengerang. Memang benar bahwa mereka pantas untuk binasa selamanya di bawah kutuk Allah, namun, karena ini adalah hari kesabaran-Nya dan hari pencobaan kita, maka Ia tidak menumpahkan seluruh murka-Nya. Ia bisa saja dengan adil meninggalkan mereka, tetapi Ia tidak dapat melakukannya karena iba.
- 2. Sarana-sarana yang dipakai untuk membebaskan mereka. Allah tidak mengutus para malaikat dari sorga untuk menyelamatkan mereka, atau membawa kekuatan asing mana pun untuk menolong mereka, tetapi membangkitkan hakim-hakim dari antara mereka sendiri, ketika ada keperluan untuk itu. Allah melengkapi dan memanggil hakim-hakim ini untuk melakukan pekerjaan khusus yang telah dirancangkan untuk mereka itu, yaitu memperbaharui dan membebaskan Israel. Dan Allah memahkotai usaha-usaha keras mereka dengan keberhasilan yang menakjubkan: TUHAN menyertai hakim-hakim itu ketika Ia membangkitkan mereka, dan dengan begitu mereka menjadi penyelamat. Amatilah,
- (1) Pada masa-masa terjadi kemerosotan dan kesusahan terbesar dalam jemaat, ada sebagian orang yang akan didapati atau dipakai Allah untuk memperbaiki masalah-masalahnya dan meluruskan kembali segala sesuatunya.
- (2) Allah harus diakui di dalam orang-orang yang berguna yang dibangkitkan tepat pada waktunya untuk kebaikan umum. Ia menganugerahi orang-orang dengan hikmat dan keberanian, memberi mereka hati untuk bertindak dan mengambil risiko. Segala sesuatu yang bisa menjadi berkat bagi negeri mereka haruslah dipandang sebagai pemberian-pemberian dari Allah.
- (3) Siapa yang dipanggil Allah akan diakui-Nya, dan akan dipimpin dengan hadirat-Nya. Siapa yang dibangkitkan-Nya, akan disertai-Nya.
- (4) Para hakim dari suatu negeri adalah penyelamat negeri tersebut.
- IV. Orang-orang Israel yang telah merosot tidak berhasil diperbaharui dengan sepenuhnya, sekalipun oleh hakim-hakim mereka (ay. 17-19).
- 1. Bahkan selama hakim-hakim mereka ada bersama mereka, dan giat mengerjakan pembaharuan, ada orang-orang yang tidak menghiraukan hakim-hakim mereka, tetapi justru pada saat itu berzinah dengan mengikuti allah lain. Betapa mereka tergila-gila dengan berhala mereka, dan begitu betah membelakangi Allah. Mereka telah dinikahkan dengan Allah, tetapi mereka memutuskan perjanjian pernikahan itu, dan berzinah dengan mengikuti allah-allah ini. Penyembahan berhala adalah perzinahan rohani. Begitu keji, hina, dan durhaka penyembahan berhala itu, dan orang-orang yang sudah kecanduan dengannya jarang dapat disadarkan kembali.
- 2. Orang-orang yang pada masa pembaharuan sudah mulai berubah, segera menyimpang dari jalan itu lagi, dan menjadi jahat seperti sebelumnya. Jalan yang darinya mereka menyimpang adalah jalan yang dahulu diikuti oleh nenek moyang mereka yang saleh, dan yang di dalamnya nenek moyang mereka sudah menempatkan mereka untuk mereka telusuri. Pada awalnya, mereka segera berjalan di bawah pengaruh teladan yang baik dari nenek moyang mereka dan dari pengajaran yang baik yang telah mereka terima sendiri. Demikianlah yang diperbuat anak-anak yang fasik dari orangtua yang saleh, dan karena itu mereka akan dimintai pertanggungjawaban yang besar. Akan tetapi, apabila hakim itu mati, mereka memandang bahwa bendungan yang menahan aliran sungai penyembahan berhala mereka telah dibuka, dan kemudian penyembahan berhala itu mengalir kembali dengan jauh lebih deras. Dan zaman berikutnya tampak malah menjadi lebih buruk kendati dengan upaya-upaya yang telah dilakukan menuju pembaharuan (ay. 19). Mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka. Mereka berusaha mengalahkan nenek moyang mereka dalam memperbanyak dewa-dewa asing dan menciptakan tata ibadah yang penuh kecemaran dan kedurhakaan, yang sungguh bertentangan dengan para pembaharu mereka. Mereka tidak berhenti, atau, sesuai dengan kata aslinya, mereka tidak mau meninggalkan, satu pun dari perbuatan-perbuatan mereka. Mereka tidak merasa malu dengan penyembahan-penyembahan berhala mereka yang teramat menjijikkan itu, tidak pula merasa lelah dengan penyembahan-penyembahan berhala yang teramat biadab itu. Mereka tidak mau mundur satu langkah pun dari kelakuan mereka yang keras dan tegar itu. Demikianlah orang-orang yang telah meninggalkan jalan-jalan Allah yang baik, yang dulu pernah mereka kenal dan akui, biasanya berdosa dengan paling lancang dan di luar batas, dan hati mereka menjadi teramat keras.
- V. Ketetapan hati Allah yang adil dalam hal ini adalah tetap melanjutkan tongkat didikan untuk menghajar mereka.
- 1. Dosa mereka adalah membiarkan orang Kanaan hidup, dan ini dilakukan dalam penghinaan dan pelanggaran terhadap perjanjian yang telah dibuat Allah dengan mereka dan perintah-perintah yang telah diberikan-Nya kepada mereka (ay. 20).
- 2. Hukuman mereka adalah bahwa orang Kanaan tetap dibiarkan hidup, dan dengan begitu mereka dipukul dengan tongkat mereka sendiri. Tidak semua orang Kanaan diserahkan ke tangan Yosua semasa dia hidup (ay. 23). Yesus Tuhan kita, walaupun telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, namun masih belum menuntaskan kemenangan-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. Masih ada sisa-sisa pengaruh Iblis di dalam jemaat, sama seperti ada sisa-sisa orang Kanaan di tanah perjanjian. Tetapi Yosua kita hidup selama-lamanya, dan pada hari penghakiman agung Ia akan menyempurnakan penaklukan-Nya. Sesudah Yosua mati, tidak banyak yang dilakukan untuk melawan orang Kanaan untuk waktu yang lama. Israel menuruti kemauan mereka, dan menjadi akrab dengan mereka, dan karena itu Allah tidak mau menghalau mereka lagi (ay. 21). Jika mereka mau memiliki penduduk yang seperti ini di antara mereka, biarlah mereka mendapatkannya, dan lihat saja apa akibatnya. Allah menuruti kemauan-kemauan mereka yang menyesatkan (Yes. 66:4). Demikianlah manusia menumbuhkan dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri yang bobrok, dan, bukannya mematikannya, mereka malah memeliharanya, dan karena itu Allah secara adil membiarkan mereka di bawah kuasa dosa-dosa mereka, yang akan menjadi kehancuran mereka. Demikianlah yang akan menjadi hukuman mereka. Mereka sendiri telah menentukannya. Sisa-sisa orang Kanaan ini dibiarkan hidup untuk mencobai orang Israel (ay. 22), apakah mereka tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN atau tidak. Bukan supaya Allah mengenal mereka, melainkan supaya mereka mengenal diri mereka sendiri. Sisa-Sisa orang Kanaan itu dibiarkan hidup untuk menguji,
- (1) Apakah mereka dapat menahan godaan-godaan kepada penyembahan berhala, yang akan disodorkan orang Kanaan di hadapan mereka. Allah telah memberi tahu bahwa mereka tidak akan bisa menahannya (Ul. 7:4). Namun mereka merasa bisa menahannya. “Baiklah,” kata Allah, “Aku akan mencobai engkau.” Dan, setelah dicoba, didapati bahwa pesona para penggoda ternyata terlalu kuat bagi mereka. Allah telah memberi tahu kita betapa licik dan jahatnya hati kita, namun kita tidak mau memercayainya, sampai kita nekad menghadapi godaan, dan kemudian kita menyadari kebenarannya melalui pengalaman yang menyedihkan.
- (2) Apakah mereka akan memanfaatkan dengan baik segala kesusahan yang akan ditimbulkan oleh penduduk asli yang tersisa itu kepada mereka, dan banyaknya masalah yang akan didatangkan oleh penduduk itu kepada mereka. Dan apakah dengan begitu mereka akan diinsafkan dari dosa dan mau merendahkan diri karenanya, diperbarui, dan didorong kembali kepada Allah dan kewajiban mereka. Dan apakah dengan tanda-tanda bahaya yang terus-menerus mereka terima dari penduduk asli itu, mereka akan dibuat tetap gentar dan takut untuk menyulut murka Allah.
SH: Hak 2:6-23 - Jangan pernah berpaling (Sabtu, 17 Agustus 2013) Jangan pernah berpaling
Generasi anak-anak bangsa Israel setelah angkatan Yosua berlalu tidak lagi mengenal Allah sebagaimana yang seharusnya (10). I...
Jangan pernah berpaling
Generasi anak-anak bangsa Israel setelah angkatan Yosua berlalu tidak lagi mengenal Allah sebagaimana yang seharusnya (10). Ini menjadi pelajaran tentang pentingnya mengajarkan iman kita kepada anak cucu kita, agar mereka pun belajar untuk percaya kepada Allah. Di sisi lain, kegagalan satu generasi untuk mengenal Allah yang sejati, tetap menjadi tanggung jawab generasi itu sendiri. Mereka harus menanggung konsekuensi atas segala dosa yang mereka lakukan (14).
Nas hari ini memberikan gambaran singkat mengenai kitab Hakim-hakim secara keseluruhan. Bangsa Israel berdosa dengan meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada Baal (11-12). Dosa itu membawa mereka pada penghukuman Allah. Di mata Allah perbuatan itu menyakiti hati-Nya (12). Allah menilai bangsa ini sebagai bangsa yang melanggar perjanjian dan tidak mendengar perkataan Tuhan (20).
Kemarahan Allah yang dilukiskan dalam bagian ini adalah kemurkaan yang suci, bukan nafsu angkara murka yang dilampiaskan dengan penuh kebencian, melainkan kemarahan yang lahir dari hati Allah yang penuh kasih pada umat-Nya yang berdosa. Maka Allah menghukum mereka dengan menyerahkan mereka pada perampok (14), melawan mereka (15), mendatangkan malapetaka (15), serta berhenti menghalau bangsa-bangsa yang menyerang Israel.
Kerinduan-Nya adalah agar bangsa itu "hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh TUHAN" (22). Dan Allah akan melakukan apa pun yang dianggap-Nya perlu untuk membuat umat-Nya hidup menurut jalan-Nya. Maka sekalipun Allah murka, Ia tidak berniat menghabisi bangsa Israel secara keseluruhan. Dari waktu ke waktu Allah menolong bangsa itu melalui tangan para hakim yang Dia utus.
Bagian ini mengajar kita tentang Allah yang penuh kasih, yang tidak menginginkan kita berpaling dari-Nya. Jika kita berpaling maka Allah yang penuh kasih ini tidak akan segan-segan membawa kita pada berbagai kesulitan agar kita segera berlari kembali kepada-Nya. Sebab itu, jangan pernah berpaling dari Tuhan, sebab hanya di dalam Dia ada kebenaran, jalan, dan hidup.
SH: Hak 2:6-23 - Kesetiaan kepada Tuhan (Kamis, 16 Juli 2020) Kesetiaan kepada Tuhan
Apa jadinya kehidupan jika tidak ada nilai kebaikan yang menjaganya. Besar kemungkinan, dunia kita akan dipenuhi kejahatan. Ka...
Kesetiaan kepada Tuhan
Apa jadinya kehidupan jika tidak ada nilai kebaikan yang menjaganya. Besar kemungkinan, dunia kita akan dipenuhi kejahatan. Kalau pun ada nilai kebaikan, apa jadinya jika nilai tersebut tidak ditanamkan dan diwariskan kepada setiap generasi? Dunia kita pasti akan penuh dengan permusuhan dan kejahatan. Inilah alasan mengapa kita perlu melestarikan nilai yang baik dalam kehidupan secara turun-temurun.
Sepeninggal Yosua, orang Israel mengalami masa-masa yang berat. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka kehilangan pemimpin, yaitu figur Yosua sendiri. Walau demikian, Tuhan tetap berkarya secara ajaib dan luar biasa di tengah mereka.
Masalahnya, mereka sering berubah-ubah sikap. Saat terdesak dan menderita, mereka ingat Tuhan. Namun, ketika merasa nyaman, mereka lalai dan meninggalkan Tuhan. Mereka seakan-akan kehilangan warisan iman setia kepada Tuhan. Mereka menyembah ilah bangsa asing sehingga lupa bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan mereka.
Tuhan, dengan cara-Nya, kerap memberikan pelajaran keras kepada umat Israel. Dengan sengaja Allah membiarkan mereka dihajar, diserang, dikalahkan, dan dijarah oleh musuh-musuh. Mereka kehilangan ketenangan, hartanya dirampas, dan banyak korban berjatuhan. Singkatnya, Tuhan membuat bangsa Israel tak berdaya di hadapan musuh-musuhnya.
Ada harga yang mahal dan penderitaan jika kita meninggalkan Tuhan. Kuasa kasih Tuhan akan menjauh sebab kita terpisah dari sumber kehidupan. Oleh karena itulah, cinta kasih kepada Tuhan harus terus terjaga jika kita ingin selamat, bahagia, dan meraih kedamaian hidup.
Kepada anak-anak, kita harus menanamkan nilai kesetiaan kepada Tuhan. Setiap generasi penerus harus sadar bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa belas kasihan dan kesetiaan Tuhan. Sungguh, jangan sampai kita tidak setia kepada Tuhan. Melalui doa, mari kita meminta ajaran Tuhan agar kita setia kepada-Nya dan terus mengandalkan pertolongan-Nya. [KAP]
SH: Hak 2:1-16 - Perlu ditegur. (Kamis, 2 Oktober 1997) Perlu ditegur.
Kasih tidak akan membiarkan pihak orang yang dikasihi tenggelam dalam kesalahannya. Tuhan yang mengasihi umat-Nya tidak menghendaki um...
Perlu ditegur.
Kasih tidak akan membiarkan pihak orang yang dikasihi tenggelam dalam kesalahannya. Tuhan yang mengasihi umat-Nya tidak menghendaki umat-Nya hancur akibat ketidaktaatan mereka. Itu sebabnya Allah menegur mereka dengan keras. Bagaimana Allah menegur? Dengan memaparkan bagaimana Ia telah menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya kepada nenek moyang mereka. Dengan menegaskan kasih setia-Nya kepada mereka. Betapa jelas jadinya kebodohan dan kejahatan mereka di hadapan Allah. Tepatlah bila teguran itu membuat mereka menangis di hadapan Allah.
Angkatan yang tidak mengenal Allah. Sesudah Yosua meninggal, Israel segera merosot menjadi bangsa yang tidak mengenal Allah. Kemerosotan itu terjadi karena dua hal. Pertama, kelengahan angkatan terdahulu dalam menerapkan 6:7">Ul. 6:7. Kedua, menganggap enteng sejarah kebebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Betapa menyedihkan bila hal yang sama terjadi pula pada generasi Kristen masa depan. Baiklah kita tidak mengabaikan pembinaan rohani anak-anak kita.
Renungkan: Ukirkan sejarah keselamatan pada generasi masa muda kita, agar mereka ambil bagian di dalamnya.
Doakan: Pembinaan generasi muda gereja kita.
SH: Hak 2:1-23 - Pelanggaran Perjanjian (Kamis, 17 April 2008) Pelanggaran Perjanjian
Sikap Israel yang kompromi dengan musuh adalah jahat di mata Tuhan,
karena merupakan ketidaktaatan terhadap Perjanjian Si...
Pelanggaran Perjanjian
Sikap Israel yang kompromi dengan musuh adalah jahat di mata Tuhan, karena merupakan ketidaktaatan terhadap Perjanjian Sinai (ayat 1-5). Dulu di Gilgal, orang tua mereka memberi diri disunat dan merayakan Paskah sebagai tanda ketaatan mereka untuk dipimpin Tuhan (Yosua 5). Kini mereka menangis di Bokhim karena teguran Malaikat Tuhan. Sayangnya, bukan tangisan penyesalan karena dosa melainkan karena akibat perbuatan mereka.
Akibat kompromi dengan musuh, Israel terjerumus kedalam perzinaan rohani, yakni menyembah Baal dan Asytoret (ayat 11, 13). Mengapa bisa terjadi? Karena Israel melupakan perbuatan Tuhan di masa lampau (ayat 10-12). Hal ini tidak lepas dari kepercayaan agama purba yang melihat dewa sebagai penguasa lokal belaka. Tuhan memang perkasa dalam peperangan, tetapi menurut mereka Baallah sumber kesuburan tanah Kanaan. Israel melupakan janji setia orang tua mereka kepada Tuhan dengan menyembah ilah-ilah Kanaan (ayat 17; Yos. 24:16-17). Mudah berjanji, ternyata mudah pula mengabaikannya. Bukankah kerapuhan seperti ini melanda dunia masa kini dengan petunjuk angka perceraian yang tinggi?
Kejahatan Israel menjadi-jadi (ayat 19). Mereka tidak belajar dari pengalaman masa lalu, bagaimana Tuhan menghukum karena ketidaksetiaan, tetapi juga dalam belas kasih dan karena perjanjian-Nya, tetap menyelamatkan mereka. Akhir-nya Tuhan membiarkan musuh mereka menjadi jerat supaya mereka sadar bahwa mereka membutuhkan Tuhan (ayat 21-22).
Membaca Hakim-Hakim sebenarnya serupa dengan bercermin diri. Kebebalan Israel merefleksikan kebebalan kita. Berapa sering kita melupakan anugerah dan kebaikan Tuhan bahkan janji dan komitmen kesetiaan kita, untuk kemudian berpaling mengandalkan ilah dunia ini: teknologi, kenikmatan dunia, dan kedekatan dengan penguasa. Kita menganggap hal-hal itulah yang berarti, Tuhan menjadi nomor dua. Itulah yang kita akan tuai, bila tidak cepat bertobat dan balik lagi pada Tuhan!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) PELIHARALAH PERJANJIANMU DENGAN ALLAH
TERULANG KEMBALI
(HAKIM-HAKIM 2)
Seorang teman wanita saya baru-baru ini memberitahu saya tentang seekor burung...
PELIHARALAH PERJANJIANMU DENGAN ALLAH
TERULANG KEMBALI
(HAKIM-HAKIM 2)
Seorang teman wanita saya baru-baru ini memberitahu saya tentang seekor burung blue jay yang terbang ke dalam garasinya dan tidak bisa keluar. Kelihatannya makhluk kecil itu panik dan semakin tidak tahu arah oleh sebab kesulitannya itu. Semakin keras ia berusaha keluar, semakin buruk situasinya. Pintu garasi yang besar itu sudah cukup lebar untuk ia lalui pada waktu ia masuk, tetapi pintu itu tidak cukup besar untuk jalan keluarnya! Keluarga itu merasa kasihan terhadap blue jay itu dan berusaha menolong dia. Mereka mengupayakan segala cara. Mereka membujuk burung itu, mengejar burung itu, dan bahkan membuat jalan dengan makanan burung untuk menunjukkan jalan ke luar. Tetap saja, burung itu terperangkap. Belakangan, beberapa burung lain terbang masuk ke dalam garasi itu dan sepertinya menunjukkan kepada saudaranya yang terperangkap itu bahwa terbang ke luar adalah mudah. Tetap saja, burung itu terperangkap. Ia terbang dari dinding ke dinding, tetapi tidak pernah menuju pintu garasi yang selalu terbuka itu. Keadaan burung blue jay itu bisa menjadi lambang bagi Israel di zaman hakim-hakim— dan kadang kala bagi orang Kristen di zaman kini.
Seperti yang sudah kita lihat pada pelajaran kita sebelumnya, Kitab Hakim-Hakim menggambarkan "siklus kemerosotan moral orang tak beriman" dari bangsa Israel—kemerosotan moral suatu bangsa yang tidak terkendali. Oleh karena mereka tidak berhasil menghalau bangsa Kanaan yang jahat dari negeri itu, maka bangsa Israel itu telah memasang sendiri malapetaka rohani untuk diri mereka (2:1-5). Di sepanjang kitab Hakim-Hakim, beberapa nama dan tempat memang berubah, tetapi secara menakjubkan siklus traumanya tetap tidak berubah. Hakim-Hakim pasal 2 berisi uraian tersebut yang di sekitar mana sisa isi kitab itu dibangun, langkah berikutnya kepada kemerosotan moral Israel.
LANGKAH 1: KESENJANGAN GENERASI (Hakim-hakim 2:6-10)
Persoalan terbesar Israel bukanlah pemberontakan; melainkan cara mendidik anak-anak mereka! Pada zaman Yosua dan para pemimpin seangkatannya, Israel tetap setia. Bangsa itu telah dipimpin oleh Allah dan telah berjalan dengan Dia menyeberangi sungai Yordan, mengelilingi Yerikho, dan masuk ke Tanah Terjanji. Mereka mengenal baik Allah dan menghormati Dia selama mereka hidup. Namun begitu, ketika mereka sudah mati, iman mereka ikut mati bersama mereka. Kita baca, "… bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel" (2:10).
Awal kemerosotan moral Israel bisa dilacak pada kemampuan mereka dalam mewariskan iman mereka kepada anak-anak mereka. Dalam tinjauan ke belakang yang Kitab Suci berikan untuk kita, kita bisa melihat bahwa mereka tidak mengerjakan salah satu tugas terbesar dalam hidup mereka, mewariskan obor iman. Di dalam Taurat, Allah telah memerintahkan Israel,
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkauperhatikan,haruslahengkaumengajarkannyaberulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakan-nya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, danharuslahengkaumenuliskannyapadatiangpinturumahmu dan pada pintu gerbangmu (Ulangan 6:6-9).
Apapun alasannya, Israel secara berulang-ulang telah gagal dalam misi mereka mendidik anak-anak mereka.
Setiap generasi memiliki kebutuhan mendesak untuk umat Allah dalam hal menyiapkan generasi berikutnya agar generasi itu berjalan di jalan yang mereka jalani bersama Tuhan. Seorang teman saya yang arsitek, yang sering bekerja dengan komisi gereja dalam merancang gedung-gedung gereja baru, memiliki teori bahwa hanya sedikit orang yang mampu merencanakan di luar waktu kehidupan yang mereka harapkan. Jadi, laki-laki tua berusia 50 tahun yang membayangkan bisa hidup sampai usia 75 tahun cenderung membuat rencana tidak lebih dari 25 tahun ke depan. Seorang yang berusia 70 tahun yang merasa ia hanya akan hidup sampai usia 80 tahun cenderung melihat masa depan tidak lebih dari 10 tahun. Teman saya itu merasa bisa bercerita banyak tentang orang dalam komisi perencanaan dengan mendengarkan sejauh mana mereka berpikir ke masa depan. Lima tahun? Sepuluh tahun? Dua puluh tahun? Lima puluh tahun? Bagaimanakah tentang komisi yang sedang membuat rencana untuk gereja seratus tahun dari sekarang? Prioritas apa sajakah yang menjadi poin-poin penting dalam rencana seratus tahun itu?
Salah satu nasihat kecil favorit saya dalam membesarkan anak adalah berasal dari seorang pria yang berkata bahwa, sebagai orang tua, ia tidak membesarkan anak-anak. Hal itu benar-benar terlalu singkat bagi dia. Sebaliknya, ia mengaku bahwa pekerjaannya adalah melatih orang tua dari cucu-cucunya. Itulah pandangan yang diperlukan Israel dan pandangan yang gereja perlukan di zaman kini!
LANGKAH 2: KETIDAKSETIAAN ROHANI (Hakim-hakim 2:11-13)
Langkah selanjutnya dalam kemerosotan moral muncul ketika generasi yang tidak mengenal Allah berpaling kepada ilah-ilah bangsa Kanaan. Bagi mereka hal itu mungkin bukan masalah besar. Selain itu, mereka tidak pernah menganggap penting Allah; Ia hanyalah "Allah nenek moyang mereka" (2:12). Ia tidak pernah menjadi Allah mereka. Menyembah Baal dan para Asytoret semata-mata merupakan jalan hidup menentang yang paling ringan. Kita hampir bisa mendengar Israel bergumam di mezbah Baal, "Setiap orang lain melakukan hal ini juga." Tanpa memiliki hubungan yang hidup dengan Allah yang hidup, mereka sepenuhnya rentan terhadap godaan penyembahan berhala. Saya pernah mengenal orang yang secara menantang menolak Allah dengan berjalan menjauhi Dia dan menghempaskan daun pintu di depan hidung-Nya, tetapi kebanyakan orang tidak melakukannya seperti itu. Mereka hanyut kemana saja angin bertiup. Ketika angin itu bertiup menjauhi Allah, mereka pun ikut hanyut menjauh juga, tanpa perlu memutuskan untuk melakukan hal itu secara sadar.
LANGKAH 3: MURKA ILAHI (Hakim-hakim 2:14, 15)
Apa yang terjadi selanjutnya di dalam siklus Hakim-Hakim adalah sulit untuk dipahami dan bahkan lebih sulit untuk dihargai. Catatan itu menyatakan,
Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Ia menyerahkanmerekakedalamtanganperampokdanmenjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka. Setiap kali mereka maju, tangan TUHAN melawan mereka dan mendatangkanmalapetakakepadamereka,sesuaidenganapa yangtelahdiperingatkankepadamerekaolehTUHANdengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak (2:14, 15).
Mungkinkah Allah tega melakukan sesuatu yang sangat keras dan menyakitkan? Tegakah Allah mengizinkan manusia menderita atas kejahatan mereka? Ini tentunya bukan gagasan biasa tentang Allah di zaman kini. Sebaliknya, banyak orang menjabarkan Allah sebagai selalu bersikap positif, mendukung, toleran, dan secara mutlak tidak bisa murka.
Berbeda dengan pandangan Allah yang non-menghakimi itu adalah reaksi sekelompok pornografer menyusul gempa bumi serius pada tahun 1993 di Los Angeles, ketika tujuh puluh studio dan distributor utama pornografi di daerah itu menderita kerusakan serius.
Beberapa filem hancur, dan peralatan utamanya hancur. Bagaimanakah orang-orang di dalam industri pornografi itu memandang peristiwa itu? Setidaknya beberapa orang percaya bahwa itu merupakan hukuman Allah atas kejahatan mereka. Satu agen untuk aktor pornografi berkata, "Beberapa klien kami benar-benar mengalami penurunan motivasi. Kejadian itu membuat mereka takut akan Allah. Saya katakan kepada Anda, kejadian itu cukup untuk menimbulkan serangan agama dalam dirimu."1
Bagaimana dengan AIDS? Selama beberapa tahun yang lalu, salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang-orang di dalam dan di luar gereja adalah apakah AIDS bisa merupakan penghakiman Allah atas kejahatan negeri itu. Dahulu saya akan cepat berkata, "Tidak! Allah tidak akan melakukan sesuatu seperti itu." Namun begitu, sekarang saya jauh lebih berhati-hati dalam cara saya menjawab.
Kitab Suci memperingatkan kita terhadap pemahaman sebab-akibat yang keras mengenai dosa dan penderitaan. Jika semua orang yang bersalah atas dosa seksual dimatikan oleh Allah, bisnis penguburan akan jauh lebih sibuk daripada sekarang ini! Para sahabat Ayub, ketika dihadapkan dengan pertanyaan mengapa Ayub menderita, membuat dugaan yang salah bahwa Ayub pasti telah berbuat dosa besar karena penderitaanya besar juga. Pada akhirnya, Allah menegor "para sahabat" Ayub itu atas dugaan mereka yang mengaitkan penderitaan Ayub dengan dosa Ayub. Yesus juga membuat jelas bahwa dosa bukan penjelasan atas tragedi penyembelihan orang-orang Galilea atau atas bencana menara Siloam (Lukas 13:3). Namun demikian, kita juga bisa melangkah terlalu jauh ke arah yang lain ketika kita menyimpulkan bahwa murka Allah tidak ada kaitannya sama sekali dengan kehancuran California atas kehancuran yang disebabkan oleh AIDS. Sebelumnya di dalam sejarah mereka, Israel sudah pernah diperingatkan,
Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian TUHAN, Allahmu, yang telah diikat-Nya dengan kamu dan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang oleh TUHAN, Allahmu, dilarang kauperbuat. Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu (Ulangan 4:23, 24).
Sifat murka merupakan dimensi dari kepribadian Yesus yang bisa dilihat, dan dimensi itu merupakan bagian yang tetap dari sifat Allah di zaman kini. Meskipun secara sosial mungkin tidak bisa diterima untuk membicarakan sifat Allah yang mencakup apa saja kecuali rahmat-Nya yang sempurna, namun sifat murka-Nya tetap ada.
LANGKAH 4: SERUAN YANG PUTUS ASA (Hakim-hakim 2:15b, 18b)
Sebagian besar dari kita tidak melihat ke atas sampai kita tergeletak menelentang! Hal ini benar bagi kita, dan benar juga untuk Israel pada waktu itu. Ketika Allah menyerahkan mereka kepada musuh-musuh mereka, umat itu "sangat terdesak" dan "merintih." Selama kehidupan berjalan baik, selama segala sesuatu ada dalam kendali mereka, selama mereka kecukupan, mereka melupakan Allah. Hanya pada waktu mereka tidak punya pilihan lagi mereka mulai menyanyikan lagu versi mereka "Kemanakah Aku Mengadu Kalau Tidak Kepada Tuhan?"
Dari kecil sampai dewasa saya telah mendengar cara pelbagai gereja berhimpun bersama untuk melakukan doa khusus ketika Perang Dunia pecah, ketika Hari-H diberitahu, dan ketika perjanjian perdamaian ditandatangani. Saya belum pernah mengalamai hal apa saja yang seperti itu sebelumnya sampai beberapa tahun yang lalu ketika pecah perang Teluk Persia. Ketika perang darat yang amat ditakuti datang mendekat, gereja-gereja di seluruh negeri berhimpun untuk mengadakan doa khusus.
Karena menghadapi kemungkinan jatuh korban yang sangat banyak, umat memutuskan bahwa "tidak ada yang bisa dilakukan kecuali berdoa." Begitu kita merasa yakin bahwa kita sudah bisa menguasai kembali segala sesuatunya, pertemuan doa berhenti. Kesusahan membawa kita kepada Allah. Kita mungkin menggeleng-gelengkan kepala kita terhadap apa yang Israel lakukan pada kali ini dan pada zaman hakim-hakim; tetapi, beberapa tahun nanti, kita akan mendapatkan diri kita melakukan hal yang sama.
LANGKAH 5: PEMBEBAS DARI ALLAH (Hakim-hakim 2:16)
Bagian selanjutnya dari ringkasan penulis kitab ini adalah singkat dan manis: "Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu" (2:16) Mungkin aspek yang paling menakjubkan dari keseluruhan siklus itu adalah Allah terus-menerus membebaskan Israel; Ia tidak menyerah atas mereka. Allah melakukan hal itu dengan membangkitkan hakim-hakim. Sebagian besar di antaranya adalah pemimpin militer pada masa krisis, sementara yang lainnya bertugas lebih sebagai penguasa pada waktu damai. Kehadiran mereka di Israel merupakan pengingat terhadap kesetiaan Allah. Kasih yang tegas ini diberitakan di dalam khotbah Yesus dan di perlihatkan dengan sangat penuh kuasa di kayu salib.
Meskipun Ia sering dilukai oleh "keturunan"-Nya dan sering diabaikan pada saat mereka merasa nyaman, namun Allah tidak berhenti mendengarkan jeritan anak-anak-Nya dan membebaskan mereka ketika mereka memanggil Dia. Tanpa diragukan lagi ini merupakan aspek yang paling menggoncang dari segala kemerosotan moral di dalam Hakim-Hakim.
LANGKAH 6: KEDAMAIAN DI NEGERI ITU
Meskipun hal ini tidak disinggung di dalam ringkasan di bagian ini, namun bagian yang tidak berubah dari pelbagai kisah dalam Hakim-Hakim adalah kedamaian di negeri itu menyusul pembebasan oleh Allah melalui hakim-hakim.
Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya .…(3:11). Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya .…(3:30). … Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya (5:31). … Maka amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya pada zaman Gideon (8:28).
LANGKAH 7: TERULANG KEMBALI! (Hakim-hakim 2:17-19)
Sayangnya, siklus itu berakhir (dan mulai lagi) dengan catatan bahwa Israel "berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya" (2:17). Kita menggeleng-gelengkan kepala kita dan bertanya-tanya, "Kapankah mereka akan mengerti?" Sebenarnya, kapankah kita akan mengerti?
KESIMPULAN
Apakah ada harapan? Bisakah kita menghentikan kemerosotan moral ini? Saya rasa bisa, dan saya percaya jawabannya terdapat di dalam kata "perjanjian" yang sudah lama dan berbau pengap.
Konsep "perjanjian" itu membentuk penopang awal dan akhir untuk pasal 2. Pada awalnya, utusan Allah menyatakan,
Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan Kubawa ke negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya, tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka haruslah kamu robohkan .…" (2:1, 2).
Di dalam Alkitab, "perjanjian" adalah kata yang mengandung makna yang sangat besar. Allah membuat perjanjian dengan Israel, dan Ia selalu setia dengan perjanjian-Nya itu. Israel, pada sisi lainnya, adalah plinplan dan banyak tingkah, selalu menghampiri kekasih (ilah-ilah) lainnya. Di dalam Perjanjian Baru (wasiat baru), Yesus memberitahu murid-murid-Nya pada waktu Perjamuan Paskah bahwa cawan anggur yang sedang Ia pegang melambangkan "darah perjanjian"-Nya (Matius 26:28)! Itu saja sudah cukup untuk mengatakan bahwa perjanjian merupakan masalah yang serius. Perjanjian merupakan ikrar yang mengikat, sebuah kontrak, sebuah janji. Kita mendengar kata itu dalam pernikahan ketika dua orang mempelai berdiri dan menyatakan, "Saya berjanji di hadapan Allah dan para saksi ini untuk menjadi suamimu/ isterimu yang setia dan yang mengasihi, dalam keadaan baik dan buruk, dalam keadaan kaya dan miskin, dalam keadaan sakit dan sehat, meninggalkan segala yang lainnya sampai maut memisahkan kita."
Israel sudah membuat perjanjian seperti itu dengan Allah di Sinai, namun mereka telah membuktikan diri mereka tidak setia. Bahkan dengan pelbagai kesempatan untuk kembali kepada Allah yang Allah berikan kepada Israel di dalam Hakim-Hakim, mereka tidak pernah kembali. Ketika mereka sedang susah, mereka akan berseru minta tolong, namun jeritan keputusasaan mereka yang meminta tolong harus jangan dikacaukan dengan pertobatan sejati. Lihatlah kembali ke ringkasan kemerosotan moral dalam Hakim-Hakim. Tidak di satu tempat pun ringkasan itu menyinggung kepulangan mereka kepada Allah dalam perjanjian yang diperbaharui. Mereka memang memohon pembebasan, namun mereka tidak pernah benar-benar kembali kepada Allah; mereka memang membawa kesengsaraan mereka kepada Dia, tetapi tidak pernah membawa hati mereka. Oleh sebab itu, kemerosotan moral itu terus berlanjut, dan siklus itu tidak pernah terputus. Setiap orang menginginkan bantuan Allah, tetapi hanya sedikit yang menginginkan hubungan lewat perjanjian yang menuntut adanya kesetiaan dan pengabdian tersendiri. Yesus memaparkan perbedaan itu ketika Ia mengajar:
"Bukansetiaporangyangberserukepada-Ku:Tuhan,Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga" (Matius 7:21).
Pasal 2 juga mencatat bahwa setiap kali Israel melanggar perjanjian dengan Allah, mereka tidak kembali lagi ke tempat terakhir kali mereka memberontak. Sebaliknya, "kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka" (2:19). Sebagaimana orang mengendarai sepeda, begitulah hidup untuk Allah: Mustahil untuk tidak bergerak dalam jangka waktu yang sangat lama. Sejak 1986 saya telah bekerja dengan pelbagai gereja dekat kampus universitas, jadi saya harus bekerja dengan kaum muda-mudi selama periode kritis dalam hidup mereka. Setiap tahun saya memberitahukan keyakinan saya kepada para siswa baru bahwa kelak mereka akan meninggalkan sekolah (dalam empat, lima, atau sepuluh tahun!) khususnya sebagai orang yang lebih baik atau lebih buruk. Mereka akan menjadi jauh lebih kuat di dalam Tuhan atau jauh lebih lemah. Manusia tidak bisa diam saja, seperti yang pernah dialami bangsa Israel dalam Kitab Hakim-Hakim.
Setelah siklus Hakim-Hakim diketengahkan dalam pasal 2, penopang awal dan akhir yang menyertai kitab itu juga bicara tentang perjanjian itu:
Apabila murka TUHAN bangkit terhadap orang Israel, berfirmanlah Ia: "Karena bangsa ini melanggar perjanjian yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyang mereka, dan tidak mendengarkanfirman-Ku,makaAkupuntidakmaumenghalau lagi dari depan mereka satupun dari bangsa-bangsa yang ditinggalkan Yosua pada waktu matinya" (Hakim-Hakim 2:20, 21).
Kesetiaan terhadap perjanjian kita dengan Allah masih tetap penting untuk kehidupan, hubungan yang tumbuh subur dengan Allah. Tanpa itu kita sangat mirip dengan Israel di era hakim-hakim atau burung blue jay yang kehilangan arah yang terperangkap di dalam garasi; semakin keras kita berusaha membebaskan diri kita, semakin frustasi kita jadinya. Seandainya teman kecil kita itu tahu bahwa orang-orang di rumah itu punya niat baik di hati mereka untuk dia, ia mungkin bisa santai, meletakkan dirinya di tangan mereka, dan mengalami kegembiraan karena terbebas dari perasaannya yang tertekan. Saya berdoa semoga kita semua akan lebih memiliki pengertian daripada burung blue jay itu!
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 God’s Wrath Upon Pornography?"Christianity Today (7 March 1994): 57.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Tr...
Catatan Akhir:
- 1 God’s Wrath Upon Pornography?"Christianity Today (7 March 1994): 57.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi